Pikukuh : Kajian Historis Kearifan Lokal Pitutur dalam Literasi Keagamaan Masyarakat Adat Baduy

Ahmad Maftuh Sujana

Abstract


Perilaku individu dan sosial digerakkan oleh kekuatan dari dalam yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran agama yang menginternalisasi sebelumnya. Tradisi masyarakat adat Baduy diwarnai oleh agama yang dianutnya agama Sunda Wiwitan, melahirkan ajaran tersendiri yang disebut pikukuh. Pikukuh tersebut disampaikan secara turun temurun secara lisan menjadi aturan adat mutlak yang harus ditaati. Pelanggaran terhadap aturan adat mutlak tersebut memunculkan konsekuensi, yang harus di terima oleh komunitas masyarakat adat Baduy. Berbagai makna filosofis hidup (kedamaian, kejujuran, kesederhanaan, kasih sayang) dijadikan landasan hidup masyarakat Baduy, mereka akan selalu menjaga dan mengamalkan pikukuh tersebut sampai kapanpun. Dengan melaksanakan pikukuh masyarakat Baduy akan dilindungi oleh Batara Tunggal sebagai kuasa tertinggi dalam keyakinan masyarakat Baduy melalui para guriang (utusan Batara Tunggal) yang dikirim oleh Karuhun (leluhur). Demikian juga, penderitaan hidup yang dialami adalah hukuman dari karuhun dan Batara Tunggal karena tidak patuh kepada pikukuh. Kepatuhan masyarakat dalam memegang kepercayaan agama dengan menaati pikukuh yang dianut oleh masyarakat Baduy, telah menjadikan kunci untuk merekatkan keutuhan masyarakat.

Keywords


Sunda Wiwitan, Pikukuh, Baduy

Full Text:

PDF

References


Danasasmita, S dan Djatisunda, A. (1986). Kehidupan masyarakat kanekes. Bandung: Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sundanologi) Direktorat Jendral Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

Ekajati, E.S. (2005). Kebudayaan sunda suatu pendekatan sejarah. Bandung: Pustaka Jaya

Endang, S. (2006). Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa pada sistem sosial masyarakat Kanekes, Bandung: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional.

Garna, J. K. (1974). Masyarakat dan kebudayaan Baduy I dan II. Jurusan Antropologi Fakultas Sastra Universitas Padjajaran.

Garna, J. K. (1987). Orang Baduy. Bangi: Universiti Kebangsaan Malaysia.

Garna, J. K. (1988a). Perubahan sosial budaya baduy. Yogyakarta: Bentara Budaya.

Garna, J. K. (1988b). Tangtu Telu Jaro Tujuh: Kajian Struktural Masyarakat Baduy di Selatan Jawa Barat. Universitas Kebangsaan Malaysia.

Garna, J. K. (1992). Sistem budaya Indonesia. Bandung: Program Pasca Sarjana Universitas Padjajaran.

Garna, J. K. (1993). Perubahan sosial budaya Baduy, Koenjaraningrat (ed), Masyarakat terasing di Indonesia, Jakarta: Depsos RI, Dewan Nasional Indonesia Untuk Kesejahteraan Nasional.

Garna, J.K. (1997). Orang baduy di Jawa: sebuah studi kasus mengenai adaptasi suku asli terhadap pembangunan, dalam Lim Teck Ghee dan Alberto G. Gomes (1997). Suku asli dan pembangunan di Asia Tenggara. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Kuntowijoyo. (1987). Budaya dan masyarakat. Jogjakarta: Tiara Wacana.

Marfai, MA. (2012). Pengantar etika lingkungan dan kearifan lokal. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Ma’ruf, J. (2012). Pendekatan antropologi dalam kajian Islam. Artikel Pilihan Dalam Deroktorat Perguruan Tinggi Agama Islam Departemen Agama RI.

Mufid, A.S. (2012). (Ed). Dinamika Perkembangan Sistem Kepercayaan Lokal di Indonesia. Jakarta, Badan Litbang Dan Diklat Kementrian Agama, RI.

Mulkan, A.M. (2001). “Dilema Manusia Dengan Diri dan Tuhan” kata pengantar dalam Th. Sumartana (ed.) (2001). Pluralis, konflik, dan pendidikan agama di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Permana, R.C.E. (2006). Tata ruang masyarakat Baduy. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

Permana, C.E.(2010). Kearifan lokal masyarakat Baduy dalam mitigasi bencana. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

Rangkuti, N. (1988). Gelegak tradisi tua tanah Kanekes, dalam orang Baduy dari inti jagat. Jogjakarta: Bentara Budaya.

Rangkuti, N. (ed). (1998). Orang baduy sari inti jagat. Yogyakarta: Bentara Budaya.

Sartini. (2009). Mutiara kearifan lokal nusantara. Yogyakarta: Kepel

Scharf, B.R. (1995). Kajian sosiologi agama. Jogjakarta: Tiara Wacana

Soekanto, S. (1990). Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Suhandi, A. (1988). Tata kehidupan masyarakat Baduy di propinsi Jawa Barat. Bandung, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi Dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.

Suparmini, dkk, (2014). Mitigasi Bencana Berbasis Kearifan Lokal Masyarakat Baduy. Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 19, No.1. April 2014

Yuliadi, S. (2006). Asal mula orang Baduy: kampung cibeo dan kanekes Banten. Bandung: Pustaka Setia.

Van Hoevell, WR (1867). Bijdragen tot de kennis der badoeenen in het zuiden der residentie Bantam. Cambridge: Blackwell.

Wawancara dengan Ayah Mursid, pada tanggal 8 Agustus 2017 di kampung Cibeo

Wawancara dengan Ayah Nalim tanggal 8 Agustus 2017 di Kampung Cibeo Baduy Dalam




DOI: https://doi.org/10.17509/historia.v3i2.24347

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2024 Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah 


INDEXED

   

 

TOOLS

     

 

 

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Alamat Redaksi: Gedung Numan Soemantri, FPIPS UPI, Departemen Pendidikan Sejarah, Lantai 2, Jl. Dr. Setiabudhi No 229 Bandung, 40154

 

View "Jurnal Historia" Stats