RAGAM DAN STRUKTUR BAHASA PADA UPACARA ADAT RITUS TIWU PANGANTEN DI KECAMATAN BABAKAN KABUPATEN CIREBON
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ragam dan struktur bahasa yang digunakan pada saat Upacara Adat Ritus Tiwu Panganten berlangsung. Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon merupakan daerah pengguna multibahasa. Dalam kesehariannya, masyarakat Babakan menggunakan bahasa Cirebon, bahasa Sunda, dan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasinya. Masyarakat Kecamatan Babakan juga memiliki ritual upacara adat yang rutin dilaksanakan setiap tahunnya ketika musim giling tebu tiba. Upacara adat tersebut yakni Upacara Adat Ritus Tiwu Panganten. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahasa apa yang lebih sering digunakan dalam upacara adat tersebut, selain itu, struktur kata pun menjadi tujuan dari penelitian ini. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Setelah dilakukan penelitian, ternyata pada upacara adat ritus tiwu panganten, bahasa yang lebih dominan digunakan adalah bahasa Sunda. Ragam bahasa yang ditemukan adalah ragam bahasa sehari-hari dan ragam bahasa sastra. Termasuk ragam bahasa sastra karena terdapat ‘purwakanti’ yang di antaranya adalah purwakanti pangluyu, purwakanti maduswara, dan purwakanti larasmadya. Struktur kata yang ditemukan adalah kata dasar, kata berimbuhan, kata ulang, kata majemuk, dan kata singkatan. Struktur kalimatnya yang dianalisis adalah kalimat konvensi atau kalimah yang mengandung subjek.
This research aims to determine the register and structure of the language used during the traditional ceremonies of Tiwu Panganten rites. Babakan Subdistrict of Cirebon District is an area in which multiple languages are spoken. In daily communications, people use Cirebon language, Sundanese, and Indonesian. The people of Babakan also have a traditional ceremonial ritual that is regularly held every year when the sugarcane-milling season arrives. The ceremony in question is the traditional ceremony of Tiwu Panganten rites. This study aims to determine which language is more often used in this traditional ceremony. In addition, the structure of the language is also the focus of this study. The method used is the descriptive method. Results reveal that the most dominant language used in this traditional ceremoy of Tiwu Panganten rites is Sundanese. The register found is everyday language and literatury language. Included in the literary language are ‘purwakanti’, among others ‘purwakanti pangluyu’, ‘purwakanti maduswara’, and ‘purwakanti larasmadya’. The types of sentence structures found are ‘kata dasar’, ‘kecap rundayan’, ‘kecap rajékan’, ‘kecap kantétan’, and ‘kecap wancahan’. The sentences analysed are conventional sentences or sentences containing subject.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Chaer, A. dan Agustina, L. (2010). Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Moriyama, M. (2013). Semangat Baru: Kolonialisme, Budaya Cetak, dan Kesusastraan Sunda abad ke-19 edisi revisi. Jogja: Komunitas Bambu.
Sudaryat, Yayat, spk. 2007. Tata Basa Sunda Kiwari. Bandung: Yrama Widya.
Surakhmad, W. (2004). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Tarsito
DOI: https://doi.org/10.17509/jlb.v4i2.3136
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2016 NIDA KANIA DEWI
This work is licensed under Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.